Jumat, 16 Oktober 2009

media biakan

LAPORAN PRAKTIKUM
MEDIA BIAKAN
MIKROBIOLOGI






Disusun oleh:
Winda Nurdiani
(207 202 180)
Biologi v/c


PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS ARBIYAH DAN KEGUURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2009

JUDUL : MEDIA BIAKAN
TUJUAN : mampu membuat mesia dasar biakan mikroorganisme
PENDAHULUAN
Pembiakan sel memerlukan suatu media sebagai tempat hidupnya yang disebut dengan medium kultur dan media biakan (Tortora, 2001). Suatu medium kultur yang baik harus memiliki komposisi yang lengkap antara lain harus berisi zat hara serta memiliki kondisi lingkungan yang mendukung dan sesuai kondisi in vivo sel yang akan dikultur. Pembuatan media kultur sel didasarkan pada fungsi, komposisi media, dan konsistensinya sehingga dalam kultur yang dilakukan sel dapat tumbuh dengan baik dan sesuai dengan yang diahrapkan (http://www.cyber-biology.blogspot.com/diakses 2009/10/04).
Kulturisasi bakteri untuk keperluan yang bermanfaat, pada umumnya dilakukan dengan biakan murni. Biakan murni hanya mengandung satu jenis. Untuk mengisolasi bakteri dalam biakan murni, umumnya digunakan dua prosedur yaitu metode agar cawan dengan goresan dan metode agar tuang (http://www.id.answers.yahoo.com/question/indeks/diakses 2009/10/04).
Biakan adalah medium yang mengandung organisme hidup. Medium itu menyediakan makanan untuk pertumbuhan bakteri. Kultur pengayaan dapat disediakan dengan penggunaan media yang selektif, penggunaan kondisi inkubasi yang selektif, dan pre-treatment bakteri yang selektif. Metode penyediaan kultur pennngayaan disesuaikan dengan sifat bakteri yang akan diisolasi, baik secara fisika maupun kimia, sehingga bakteri yang akan diisolasi dapat tumbuh dan berkembang dengan baik dan walaupun mikroorganisme lain masih dapat hidup, pertumbuhan dan perkembangannya tidak akan maksimal (http://www.id.answers.yahoo.com/question/indeks/diakses 2009/10/04).
Media biakan yang digunakan untuk menumbuhkan bakteri terdapat dalam bentuk padat, semi padat, dan cair. Media biakan harus berisi zat hara dan mempunyai zat fisik yang sesuai dengan pertumbuhan bakteri. Nutirisi yang berada didalam media biakan digunakan untuk pertumbuhan, sitesis sel, keperluan energy dalam metabolism dan pergerakan. Pada umumnya, nutrisi atau kadungan unsure dalam media biakan yang dibutuhkan oleh bakteri adalah sumber energy, karbon, nitrogen, sulfur, fosfor, unsure-unsur logam, vitamin dan air. Macam kondisi fisik lingkungan yang dibutuhkan untuk pertumbuhan optimum bakteri adalah suhu, gas atmosfer, an pH. Untuk berhasilnya kultivasi bakteri, dinutuhkan kombinasi nutirsi serta lingkungan fisik yang sesuai (http://www.id.answers.yahoo.com/question/indeks/diakses 2009/10/04).
Berdasarkan bentuknya, terdapat :
• Media cair yang komposisinya dapat sintetik dapat pula alami. Keadaaan cair karena tidak ditambahkan bahan pemadat.
• Media padat, sama seperti media cair, bedanya disini tidak ditamahkan pemadat (agar-agar, amilum, atau gelatin).
• Media semi padat, sebenarnya media ini termasuk media padat tapi karena keadaaannya lembek disebut semi solid. Bahan pemadat yang digunakan seengah dari medium padat (http://www.yudhime.blogspot.com/pewarnaan-bakteri-gram-positif-dan_07.html/diakses 2009/10/04).
Bedasarkan kegunaannya :
• Media umum, digunakan secara umum artinya medium ini dapat ditumbuhi oleh berbagai jenis mikroorganisme baik bakteri maupun jamur, misalnya NA (Natural Agar) dan lain-lain.
• Media selektif, madia ini dpakai untuk menyeleksi mikroorganisme sesuai dengan yang diinginkan, jadi hanya satu jeis mikroorganisme yang dapat tumbuh dalam media ini atau hanya satu kelompok tertentu saja, misalnya media salmonella atau sigella dari makanan atau bahan lain.
• Media diferensial, media ini juga diergunakan untuk menyeleksi mikroorganisme. Media ini dapat ditumbuhi berbagai jenis mikroorganisme tapi slah satu diantaranya dapat memberikan cirri yang khas sehingga dapat dibedakan dari yang lain dan dapat dipisahkan media pengaya. Medium ini gunanya untuk menumbuhkan miroorganisme untuk keperluan tertentu. Dibiakan dalam medium ini supaya sel-sel mikroorganisme tersebut dapat berkembang dengan cepat sehingga diperoleh populasi yang tinggi (http://www.yudhime.blogspot.com/pewarnaan-bakteri-gram-positif-dan_07.html/diakses 2009/10/04).
Berdasarkan komposisi atau susunan bahannya :
• Media alami / organik, komposisi media ini tidak diketahui secara pasti, baik jenis maupun ukurannya. Media ini sudah tersedia secara alami isalnya air, nasi, buah, biji dan lain-lain.
• Media sintetik / anorganik, sering juga disebut media buatan. Komposisi senyawa berikut takarannya diketahui secara pasti, tidak tersedia secara alami tapi dibuat. Media sitetik sering digunakan untuk mempelajari sifat faali dan genetika mikroorganisme. Senyawa organic dan anorganik yang ditambahkan dalam media sitetik harus murni, sehingga harganya mahal, misalnya sabourond agara, czapeks agara, dan lain-lain.
• Media semi sintetik, komposisinya sebagian diketahui secara pasti, sebagian lagi tidak, disebut juga medium setengah buatan, misalnya PDA, NA, dan lain-lain (http://www.yudhime.blogspot.com/pewarnaan-bakteri-gram-positif-dan_07.html/diakses 2009/10/04).
Serum merupakan sumber berbagai nutrisi yang dibutuhkan oleh sel untuk perkembangannya, tapi serum sangat mahal dan berpotensi menyebabkan kontaminasi. Serum mengandung protein yang berfungsi sebagai agen pembawa dan pelindung molekul lainnya (http://www.cyber-biology.blogspot.com/diakses 2009/10/04).
Media sintetik memiliki beberapa keuntungan lain yang lebih murah, sumber potensial dari agen infeksi sudah digantikan, memiliki komponen yambahan yang biasanya tidak terdapat pada jaringan hewan (Bioscience-technology, 2007 dari http://www.cyber-biology.blogspot.com/diakses 2009/10/04).
Keragaman yang luas dalam hal tipe nutrisi diantara miroorganisme diimbangi oleh tersedianya berbagai media yang banyak macamnya untuk kultivasinya. Macam media yang terdia dapat dikelompokkan dengan berbagai cara. Selain menyediakan nutrient yang sesuai untuk kultivasi mikroorganisme, juga perlu disediakan kondisi fisik yang memungkinkan pertumbuhan optimum (http://www.makalah.blogspot.com/diakses 2009/10/06).

ALAT DAN BAHAN
No Alat Bahan
1 Erlen meyer 7 gr Nutrisi Agar
2 Pemanas/kompor 250 ml aquades
3 Pengaduk magnetic Kertas Koran
4 Tabung reaksi Alumunium foil
5 Autoclave Plastic WAP
6 Neraca elektrik Karet
CARA KERJA
Timbang 7 gr NA

Tuangkan kedalam tabung erlen meyer

Tambahkan 250 ml air

Panaskan diatas kompor dengan kasa

Aduk terus sampai mendidih

Setelah mendidih angkat dari kompor

Tunggu sampai gelembungnya hilang

Bungkus dengan kertas Koran

Masukkan kedalam autoclave

Lakukan proses sterilisasi selama 15 menit dalam suhu 1210 C

Setelah suhu autoclave 00 C, ambil erlen meyer

Nyalakan Bunsen

Siapkan tabung reaksi yang telah disterilkan

Bilas ujung tabung dengan Bunsen

Masukkan 10 ml agar-agar tadi

Bilas lagi dengan Bunsen

Tutup dengan kapas

Simpan dengan dimiringkan (± ½ jam)

Bungkus dengan kertas Koran

Lapisi dengan alumunium foil dan terakhir dengan plastic WAP
HASIL

Pengambilan alat yang telah disterilkan untuk pembuatan media biakan dari inkubator Penimbangan NA (Nutrisi Agar) sebagai bahan utama pembuatan media biakan 7 gr NA ditambahkan dengan 250 ml aquades

Larutan NA didihkan sambil diaduk dengan menggunakan pengaduk kaca Bungkus dengan erlen meyer dengan kertas Koran untuk proses sterilisasi Simpan di dalam autocalve yang sebelumnya telah diisi dengan air

Biarkan suhu naik sampai 1210 C Lakukan proses sterilisai selama 15 menit Ambil larutan NA yang telah disterilkan setelah suhu berada di 00 C

Buka larutan NA yang telah disterilkan Masukkan 10 ml larutan NA kedalam tabung reaksi Simpan tabung reaksi dengan dimiringkan


PEMBAHASAN
Dalam proses pembuatan media biakan, semua peralatan yang akan digunakan harus selalu dalam keadaan steril. Hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi kontaminan sehingga akan mengakibatkan terbentuknya berbagai jenis mikroorgaisme lain dalam proses pembiakan.
Suatu medium kultur yang baik harus memiliki komposisi yang lengkap antara lain harus berisi zat hara serta emiliki kondisi lingkungan yang mendukung dan sesuai dengan kondisi invivo sel yang akan dikultur. Pembuatan media kultur sel didasarkan pada fungsi, komposisi media dan konsentrasinya sehingga dalam kultur yang dilakukan, sel dapat tumbuh dengan baik dan sesuai yang diharapkan. Oleh karena itu, proses sterilisasi dan pembuatan media biakan merupakan tahapan yang sangat penting sebagai awal dalam melakukan kltur jaringan sel hewan (http://www.cyber-biology.blogspot.com/diakses 2009/10/04).
Dalam proses pembuatan media biakan ini, bahan utama yang digunakan adalah NA (Nutrisi Agar) sebanyak 7 gr dengan ditambahkan aquades 250 ml. Pemilihan bahan NA ini adalah untuk mengefisienkan waktu dan memudahkan dalam proses praktikum. Selain itu juga untuk meminimalisir kegagalan dalam proses pembuatan media biakan karena terjadinya kontaminasi.
Larutan NA yang sudah ditambahkan dengan aquades kemudian dididihkan diatas kompor dengan menggunakan kasa. Selama proses pendidihan ini larutan NA harus terus diaduk agar tercampur rata dan tidak terjadi penggumpalan atau pengendapan sehingga diperoleh media biakan yang baik dengan komposisi nutrisi yang sama.
Dalam proses kulturisasi, baik alat maupun medianya harus selalu dalam keadaan steril. Oleh karena itu, larutan NA yang tadi sudah dipanaskan harus melalui tahap sterilisasi sebelum dituangkan kedalam tabung reaksi untuk pembuatan media. Proses sterilisasi dilakukan didalam autoclave dengan suhu 1210 C selama 15 menit. Hal ini diperlukan karena mikroba tidak dapat bertahan hidup pada kondisi didalam autoclave, sehingga meminimalisir terjadinya kontaminasi. Proses sterilisasi ini dilakukan seperti biasa saat pensterilan alat.
Selanjutnya adalah proses penuangan larutan NA kedalam tabung reaksi. Dikarenakan alat yang akan digunakan dalam proses pembuatan biakan harus selalu dalam keadaan steril, maka untuk mensterilkan alat / tabung reaksi adalah dengan menbilas ujung tabung dengan Bunsen pada saat sebelum dan sesudah menuangkan larutan NA sebelum ditutup dengan menggunakan kapas. Proses penuangan larutan NA ini juga tidak boleh jauh dari Bunsen untuk menghindari terjadinya kontaminan. Selain itu, diharuskan juga untuk tidak terlalu banyak berbicara dan menutup mulut dengan masker, karena dalam mulut terdapat berbagai jenis bakteri yang bisa merusak proses pembuatan biakan.
Karena pembiakan yang diinginkan adalah bakteri atau sel yang hidup di permukaan, maka penyimpanan tabung reaksi yang berisikan media atau laruta NA harus dimiringkan agar diperoleh permukaan yang cukup luas. Proses penyimpanan ini harus ditunggu kurang lebih selama setengah jam sampai larutan tadi berubah menjadi agar-agar.
Proses terakhir adalah penyimpanan media dengan terlebih dahulu dibungkus dengan kertas Koran kemudian dilapisi dengan alumunium foil dan plstik WAP (perekat). Hal ini dimaksudkan agar selama proses penyimpanan tidak terjadi kontaminan yang diakibatkan oleh air yang merembes kedalam bungkusan beberapa media biakan. Sebelum penanaman biakan, media ini disimpan didalam lemari es.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.cyber-biology.blogspot.com/diakses 2009/10/04
http://www.id.answers.yahoo.com/question/indeks/diakses 2009/10/04
http://www.yudhime.blogspot.com/pewarnaan-bakteri-gram-positif-dan_07.html/diakses 2009/10/04
Bioscience-technology, 2007 dari http://www.cyber-biology.blogspot.com/diakses 2009/10/04
http://www.makalah.blogspot.com/diakses 2009/10/06

Minggu, 11 Oktober 2009

fiswan...enzim dan kerja enzim

Laporan Praktikum
ENZIM DAN KERJA ENZIM
PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN



Disususn Oleh:
Winda Nurdiani
207 202 180
Biologi V/C

PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI (UIN)
SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2009
I. JUDUL : ENZIM DAN KERJA ENZIM
II. TANGGAL PRAKTIKUM : Jum’at, 02 Oktober 2009
III. TUJUAN :
• Mengetahui kerja enzim pada proses pencernaan didalam mulut.
• Mengukur kerja enzim amylase dalam beberapa lingkungan suhu yang berbeda.
IV. PENDAHULUAN
Enzim merupakan substansi penting dalams setiap reaksi kimia dalam sel. Orang yang pertama menemukan enzim adalah Edward dan Hans Buchner. Oleh karena enzim dapat mempercepat reaksi kimia, berarti enzim merupakan rekasi katalis. Enzim merupakan katalisator organic dan dibuat dalam sel makhluk hidup sehingga enzim disebut juga biokatalisator (Cartono, 2004).
1. Sifat Enzim
a. Selektif, karena enzim hanya dapat bekerja pada substrat tertentu.
b. Spesifik, karena hanya rekasi tertentu yang dapat dikatalisasikan oleh enzim.
c. Efisien, karena enzim dapat menurunkan energy aktivitas.
d. Enzim adalah katalisator, artinya enzim dapat mempercepat suatu reaksi tanpa ikut menmgalami perubahan.
e. Enzim bersifat reversible atau dapat bekerja bolak-balik. Artinya enzim tidak menentukan arah reaksi, tetapi hanya mempercepat reaksi sampai terjadi kesetimbangna. Hamper s eluruh jenis enzim adalah protein.
f. Enzim dapat bereaksi dengan baik pada suhu 300C – 370C dan dapat bereaksi lebih cepat pada suhu lebih dari 500C. namun pada suhu antara 600C – 700C, reaksi enzim menurun (Cartono, 2004).

2. Fungsi Enzim
Fungsi suatu enzim adalah katalis untuk proses biokimia yang terjadi dalam sel maupun diluar sel. Suatu enzim dapat mempercepat reaksi 108 sampai 1011 kali lebih cepat daripada apabila reaksi tersebut dilakukan tanpa katalis. Jadi enzim dapat berfungsi sebagai katalis yang sangat efisien, disamping itu mempunyai kekhasan yang tingi. Seperti juga katalis lainnya, maka enzim dapat menurunkan energy aktivasi suatu reaksi kimia. Reaksi kimia ada yang membutuhkan energy (reaksi endergonik) dan adapula yang menghasilkan energy atau mengeluarkan energy (eksergonik) (Anna Poedjiadi, 1994).
3. Penggolongan Enzim
Enzim digolongkan menurut reaksi yang diikutinya, sedangkan masing-masing enzim diberi nama menurut nama substratnya, misalnya urease, arginase, dan lain-lain. Penggolongan ini diodasarkan atas reaksi kimia dimana enzim memegang peranan (Anna Poedjiadi, 1994).
a. Golongan I Oksidoreduktase
Enzim yang ternasuk dalam golongan ini dapat dibagi dalam dua bagian yaitu dehidrogenase dan oksidase.
b. Golongan II Transferase
Enzim yang termasuk golongan ini bekerja sebagai katalis pada reaksi pemindahan suatu gugus dari suatu senyawa kepada senyawa lain. Beberapa contoh enzim yang termasuk golongan ini adalah meeetiltransferase, hidroksimetiltransferase, karboksiltransferase, asiltransferase dan aminotrandferase atau disebut juga transminase (Anna Poedjiadi, 1994).
c. Golongan III Hidrolase
Enzim ini bekerja sebagai katalis pada reaksi hidrolisis. Beberapa enzim dalam kelompok ini ialah esterase, lipase, pofatase, amylase, aminopepetidase, karboksipeptidase, pepsin, tripsin, kimotripsin (Anna Poedjiadi, 1994).

d. Golongan IV Liase
Enzim yang termasuk golongan ini mempunyai peranan penting dalam reaksi pemindahan suatu gugus dari satu substrat (bukan cara hidrolisis) atau sebaliknya. Contoh enzim golongan ini natara lain dekarboksilase, aldolase, hidratase (Anna Poedjiadi, 1994).
e. Golongan V Isomerase
Enzim yang termasuk golongan ini bekerja pada reaksi perubahan intramolekuler, misalnya rekasi perubahan glukosa menjadi fruktosa, perubahan senyawa L menjadi senyawa D, senyawa sis menjadi senyawa trans dan lain-lain. Contoh enzim yang termasuk golongan ini antara lain ribolosafosfat ipomerase dan glukosafosfat isomerase (Anna Poedjiadi, 1994).
f. Golongan VI Ligase
Enzim yang termasuk golongan ini bekerja pada reaksi-reaksi penggabungan dua molekul. Oleh karenanya enzim tersebut juga dinamakan sintesa. Ikatan yang terbentuk anatara penggabungan tersebut adalah ikatan C-O, C-S, C-N atau C-C. contoh enzim golongan ini antara lain glutamine sintetase dan piruvat karboksilase (Anna Podjiadi, 1994).
4. Cara Kerja Enzim
1) Teori kunci dan anak kunci (oleh Emil Fischer)
Mekanisme kerjanya adalah enzim dimisalkan sebagai kunci gembok karenamempunyai lubang (sisi aktif) yang akan berkaitan dengan substrat yang dimisalkan dengan anak kuncinya.
2) Teori Iduksi pas (oleh Daniel Khasland)
Mekanisme kerjanya, permukaan e nzim tidak cocok dengan substrat. Oleh karena itu, saat substrat berkaitan dengan enzim, substrat akan menggunakan bentuk molekul enzim menjadi sesuai dengan subdtrat. Sisi aktif dapat diubah oleh substrat karena sisi aktif enzim bersifat fleksibel (Cartono, 2004).

5. Factor Yang Memperngaruhi Kerja Enzim
a. Suhu
b. Derajat keasaman (pH)
c. Konsentrasi substrat
d. Konsentrasi enzim
e. Adanya activator
f. Feedback Inhibitor (http://www.idonbiu.com/2009/09/30/isozium dan cara kerja enzim).
g. Kadar air
h. Zat penggiat dan zat penghambat (Cartono, 2004).
6. Penghambatan Kerja enzim
Setiap enzim dari beratus-ratus enzim berbeda-beda, yang ada didalam sel merupakan sasaran potensial bagi bekerjanya setiap/suatu penghambat. Banyak zat kimia telah diketahui dapat mengganggu reaksi biokimiawi, penghambatan ini dapat mengakibatkan terganggunya metabolism atau matinya sel (Michaek J. Pelczar, 1988).
7. Kekurangan Enzim
Kekurangan enzim akan mengakibatkan penderita mengalami malagizi (kekurangan gizi), yang akan mengakibatkan pada berkurangnya berat badan dan daya tahan tubuh yang terus menurun (http://www.id.wikipesia.org/wiki/2009/09/30/enzim.pencernaan.html).
V. ALAT DAN BAHAN
No Alat Bahan
1 Beker gelas Saliva
2 Tabung reaksi Larutan amilum
3 Pipet Larutan Iod
4 Batang pengaduk kaca Larutan Benedict
5 Gelas ukur Es
6 Pipet tetes Air es
7 Lumpang dan alu porselin Kue cracker asin
8 Bunsen spiritus Water bath
9 Kaki tiga Alumunium foil
10 Kasa
11 Thermometer
12 Penjepit tabung reaksi
13 Rak tabung reaksi

VI. CARA KERJA
a. Kerja enzim Amilase pada proses pencernaan didalam mulut
Ambilah dua buah cracker

Sebagian dikunyah dan sebagian ditumbuk

Simpanlah hasil kunyahan dan tumbukan diatas plat tetes

Tetesi dengan larutan iod (5 tetes)

Lakukan uji iod tersebut pada interval pengunyahan dan penumbukkan 30 detik, 1 menit, 2 menit, 3 menit, 4 menit, 5 menit, dan 10 menit

Amati perubahannya

Deskripsikan hasil pengamatan dan terangkan
b. Kerja Enzim amilase pada beberapa suhu lingkungan
Sediakan filtrate saliva 2 ml tiap kelompok

Kumpulkan saliva dalam beker gelas dan dilakukan homogenisasi

Sediakan water bath yang dipasang dalam suhu 50C,150C, 250C, 350C, 450C, dan 550C.

Kemudian ke dalam tabung masukan 20 ml larutan saliva ;
- Tabung reaksi 1 disimpan pada suhu 50C (es)
- Tabung reaksi 2 disimpan pada suhu 150C (air es)
- Tabung reaksi 3 disimpan pada suhu 250C (suhu ruangan)
- Tabung reaksi 4 disimpan pada suhu 350C (water bath)
- Tabung reaksi 5 disimpan pada suhu 450C (bunsen)
- Tabung reaksi 6 disimpan pada suhu 55 0C (bunsen)
Biarkan selama 10 menit

Masukan kedalam masing-masing tabung 0,5 ml (10 tetes) saliva

Catatlah waktu saat memasukannya

Dengan interval waktu 2 menit

Lakukan uji benedict bersama-sama uji iod terhadap larutan amilum, masing-masing 2 tetes larutan iod dan benedict

Catatlah saat tercapai titik akromatis

Selama percobaan berlangsung tabung reaksi tidak boleh keluar dari water bath dan suhunya harus dijaga secara konstan.

Buatlah grafik yang menunjukan hubungan antara temperature dan kerja enzim amilase.

Diskusikan hasil percobaan
VII. HASIL
Hasil uji amilase pada proses pencernaan di dalam mulut dan ditumbuk
Waktu Dikunyah Ditumbuk
Intensitas
Awal Gambar Intensitas
Akhir Gambar Intensitas
Awal Gambar Intensitas
Akhir Gambar
30 detik +4
+6
+5
+6

1 menit +5
+6
+6
+6

2 menit +6
+6
+6
+6

3 menit +6
+6
+6
+6

4 menit +6
+6
+6
+6

5 menit +6
+6
+6
+6

10 menit +6
+6
+6
+6


Hasil percobaan kerja enzim amylase pada Suhu 50C
Menit ke- Uji Iod Uji Benedict
Perubahan Warna Intensitas Perubahan Warna Intensitas
0
Hijau tua +3
Biru
+6
2
Hijau muda +2
Biru
+6
4
Hijau-kuning +1
Biru
+6
6
Hijau muda +2
Biru
+6
8
Cokelat-hijau +3
Biru
+6
10
Kuning-cokelat +4
Biru
+6
12
Biru
+6
14
Biru
+6
16
Biru
+6
18
Biru
+6
20
Biru
+6
22
Biru
+6
24
Biru
+6
26
Biru
+6
28
Biru
+6
30
Biru
+6

Hasil percobaan kerja enzim amylase pada Suhu1 50C
Menit ke- Uji Iod Uji Benedict
Perubahan Warna Intensitas Perubahan Warna Intensitas
0
+6
Biru +6
2
+6 Biru +6
4
+6 Biru +6
6
+6 Biru +6
8
+6
Biru +6
10
+6
Biru +6
12 Biru +6
14 Biru +6
16
Biru +6
18 Biru +6
20 Biru +6
22 Biru +6
24 Biru +6
26
Biru +6
28 Biru +6
30 Biru +6


Suhu 250
Menit ke- Uji Iod Uji Benedict
Perubahan Warna Intensitas Perubahan Warna Intensitas
0
+6
Biru +6
2
+5 Biru +6
4
+4
Biru +6
6
+3 Biru +6
8
+2 Biru +6
10
+1 Biru +6
12
Biru +6
14 Biru +6
16
Biru +6
18
Biru +6
20
Biru +6
22
Biru +6
24
Biru +6
26 Biru +6
28
Biru +6
30 Biru +6

 Uji benedict + uji iod terhadap larutan amilum 350
Menit ke- Uji Iod Uji Benedict
Perubahan Warna Intensitas Perubahan Warna Intensitas
foto
0
Orange
+1

biru +6
2
Kuning agak kecoklatan +4 biru +6
4
Kuning ada hitam ditengah +4
biru +5
6
Coklet kekuningan +2
biru +5
8
Kuning kecoklatan +3
biru +5
10
Orange +1







biru +5



12
Orange kekuningan +1 biru +5
14
Orange kecoklatan
(berubah warna iod) 0
biru +5
16
Orange kekuningan
0

biru +4
18
Orange kecoklatan 0


biru +4
20
Orange
agak kecoklatan 0



biru +5
22
Orange kecoklatan
0
biru
+5
24
Orange Kecoklatan 0



biru +4


26
Orange Kecoklatan
0
biru +5
28
Kuning tua


0
biru +5
30
Kuning kecoklatan 0
biru +3
Suhu 45 oC
Meneit
Ke- Uji Iod Uji Benedict
Perubahan Warna Intensitas Perubahan Warna Intensitas
0
Orange muda, ada endapan +3

Biru +6

2
Coklat, ada endapan +4

Kehijauan +5
4
Orange agak tua +5

Kehijauan, ada endapan +4
6
Orange tua +5

Kehijauan, ada endapan +4
8
Ungu muda +5

Kehijauan, ada endapan +4
10
Orange +5

Kehijauan, ada endapan +4
12
Ungu muda +5

Kehijauan, ada endapan +4
14
Orange tua +6

Kehijauan, ada endapan +4
16
Orange agak tua +6

Kehijauan, ada endapan +4
18
Ungu +6
Kehijauan, ada endapan +4
20
Orange tua +6

Kehijauan, ada endapan +3
22
Orange tua +6

Mendekati merah bata, ada endapan +2
24
Orange muda +6

Merah bata, cukup banyak endapan +1
26
Orange muda +6

Kehijauan, ada endapan +4
28
Orange muda +6

Kehijauan +5
30
Orange +6

Biru +6
Suhu 550

Menit ke- Uji Iod Uji Benedict
Perubahan Warna Intensitas Perubahan Warna Intensitas
0
+6
Biru +6
2 +6 Biru +5
4 +6
Biru +6
6 +6 Biru +5
8 +5 Biru +4
10
+6 Biru +5
12 +4
Biru +2
14
+6
Biru +3
16 +4
Biru +2
18
+6
Biru +3
20
+5 Biru +3
22
+6
Biru +2
24
+6 Biru +2
26
+6 Biru +2
28
+6
Biru +2
30 +6 Biru +2

VIII. PEMBAHASAN
Enzim adalah molekul biopolymer yang tgersusun dari serangkaian asam amino dalam komposisi dan susunan rantai yang teratur dan tetap. Enzim memeganga peranan penting dalam berbagai reaksi didalam sel. Sebagai protein enzim diproduksi dan digunakan oleh sel hidup untuk mengkatalisis reaksi didalam sel. Sebagai protein, enzim diproduksi dan digunakan oleh sel hidup untuk mengkatalisis reaksi, antara lain konversi energy dan metabolism pertahanan sel.
Pada enzim terdapat gugus non enzim yang disebut kofaktor, yang didalamnya terdapat prostetik dan koenzim. Kedua gugus ini memungkinkan enzim bekerja pada substrat. Sebstrat merupakan zat-zat yang diubah atau direksikan oleh enzim (Anna Poedjiadi, 2006, dari Hildayani, 2009, aktivitas enzim amylase/http://www.21ildashiro.blogspot.com/diakses_2009/10/07-21.02).
Enzim meningkatkan laju sehingga terbentuk kesetimangan kimia antara produk dan peraksi. Pada keadaan kesetimangan, istilah pereaksi dan produk tidaklah pasti dan bergantung pada pandangan kita. Dalam keadaan fifiologi normal, suatu enzim tidak memperngaruhi jumlah produk dan pereksi yang sebenarnya dicapai tanpa kehadiran enzim. Jadi, jika kesetimbangan tidak mengutungkan bagi pembentukkan senyawa, enzim tidak mengubahnya (Salisburg dan Ross, 1995, dari Hildayani, 2009, aktivitas enzim amylase /http://www.21ildashiro.blogspot.com/diakses_2009/10/07-21.02).
Katalisator mempercepat reaksi kimia, mengalami perubahan reaksi, tetapi berubah kembali kapada keadaan semula setelah reaksi-reaksi selesai. Enzim merupakan biokatalisator yang bekerja secara spesifik. Aktivitas katalis yang dimiliki enzim merupakan alat ukur yang selektif dan sensitive trhadap aktivitas enzim. Aktivitas enzim dapat diamati dari sisa substrat, pH, suhu, dan indicator. Aktivitas enzim dapat diamati pula dari sisa sibstrat atau produk yang terbentuk. (http://www.filzahazny.wordpress.com/../enzim-z/diakses_2009/10/07-21.54).
Faktor yang Mempengaruhi Enzim
Kerja enzim sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut :
1. Suhu (temperatur)
Enzim tersusun oleh protein, sehingga sangat peka terhadap suhu. Peningkatan suhu menyebabkan energi kinetik pada molekul substrat dan enzim meningkat, sehingga kecepatan reaksi juga meningkat. Namun suhu yang terlalu tinggi dapat menyebabkan rusaknya enzim yang disebut denaturasi, sedangkan suhu yang terlalu rendah dapat menghambat kerja enzim. Pada umumnya enzim akan bekerja baik pada suhu optimum, yaitu antara 300 – 40 0C.
2. Derajat keasaman (pH)
Perubahan pH dapat mempengaruhi perubahan asam amino kunci pada sisi aktif enzim, sehingga menghalangi sisi aktif bergabung dengan substratnya. Setiap enzim dapat bekerja baik pada pH optimum, masing-masing enzim memiliki pH optimum yang berbeda. Sebagai contoh : enzim amilase bekerja baik pada pH 7,5 (agak basa), sedangkan pepsin bekerja baik pada pH 2 (asam kuat/sangat asam).
3. Aktivator dan Inhibitor
Aktivator merupakan molekul yang mempermudah ikatan antara enzim dengan substratnya, misalnya ion klorida yang bekerja pada enzim amilase. Inhibitor merupakan suatu molekul yang menghambat ikatan enzim dengan substratnya. Inhibitor akan berikatan dengan enzim membentuk kompleks enzim-inhibitor.
Ada 2 jenis inhibitor, yaitu :

Inhibitor kompetitif
Molekul penghambat yang strukturnya mirip substrat, sehingga molekul tersebut berkompetisi dengan substrat untuk bergabung pada sisi aktif enzim. Contoh : sianida bersaing dengan oksigen untuk mendapatkan Hemoglobin pada rantai akhir respirasi. Inhibitor kompetitit

dapat diatasi dengan penambahan konsentrasi substrat.
Inhibitor nonkompetitif
Molekul penghambat yang bekerja dengan cara melekatkan diri pada bagian bukan sisi aktif enzim. Inhibitor ini menyebabkan sisi aktif berubah sehingga tidak dapat berikatan dengan substrat. Inhibitor nonkompetitif tidak dapat dipengaruhi oleh konsentrasi substrat.
4. Konsentrasi Enzim
Kecepatan reaksi dipengaruhi oleh konsentrasi enzim, makin besar konsentrasi enzim makin tinggi pula kecepatan reaksi, dengan kata lain konsentrasi enzim berbanding lurus dengan kecepatan reaksi.
5. Konsentrasi Substrat
Peningkatan konsentransi substrat dapat meningkatkan kecepatan reaksi bila jumlah enzim tetap. Namun pada saat sisi aktif semua enzim berikatan dengan substrat, penambahan substrat tidak dapat meningkatkan kecepatan reaksi enzim selanjutnya.(http://www.e-dukasi.net/mapok/mp_full.php?id=372&fname=materi3.html_diakses2009/10/08-12.48).
Amylase mempunyai kemampuan untuk memecah molekul-molekul pati dan glikogen. Molekul pati yang merupakan polimer dari α D-glikopiramosa akan dipecah oleh enzim pada ikatan alfa -14- dan alfa -16- glikosida (anonym, 2008 dari Hildayani,2009,aktivitas.enzim.amylase/http://www.21ildashiro.blogspot.com/diakses_2009/10/07-21.02).
Aktivitas amylase dilakukan oleh enzim bakteri dan terlihat biru didalam iodine. Apabila iodine menyebabkan iodine menyebabkan media pati berwarna biru pada bakteri maka tidak ada amylase yang diproduksi. Molekul maltose yang kecil dapat masuk kedalam sel untuk digunakan sebagai energy. Interaksi iodine dengan pati membuat media berwarna biru gelap (Hildayani,2009,aktivitas.enzim.amylase/http://www.21ildashiro.blogspot.com/diakses_2009/10/07-21.02).
Saliva adalah cairan kompleks yang diproduksi oleh kelenjar khusus dan disebarkan ke dalam cavitas oral. Komposisi dari saliva meliputi komponen organik dan anorganik. Namun demikian, kadar tersebut masih terhitung rendah dibandingkan dengan serum karena pada saliva penyusun utamanya adalah air. Komponen anorganik terbanyak adalah sodium, potassium (sebagai kation), khlorida, dan bikarbonat (sebagai anion-nya) (http://id.wikipedia.org/wiki/Enzim_diakses-2009/10/08-14.12).
Sedangkan komponen organik pada saliva meliputi protein yang berupa enzim amilase, maltase, serum albumin, asam urat, kretinin, mucin, vitamin C, beberapa asam amino, lisosim, laktat, dan beberapa hormon seperti testosteron dan kortisol.
Selain itu, saliva juga mengandung gas CO2, O2, dan N2. Saliva juga mengandung immunoglobin, seperti IgA dan IgG dengan konsentrasi rata-rata 9,4 dan 0,32 mg%(http://id.wikipedia.org/wiki/Enzim_diakses-2009/10/08-14.12).
Mekanisme sekresi saliva
Di kelenjar saliva, granula ssekretorik (zymogen) yang mengandung enzim-enzim saliva dikeluarkan dari sel-sel asinar ke dalam duktus. Karakteristik ketiga kelenjar saliva pada manusia dapat diringkas sebagai berikut:
Kelenjar Jenis histologi sekresi Persentase saliva total pd manusia (1.5 L per hari)
a. Parotis Serosa Air 20
b. Sub mandibulla Campuran Agak viskous 70
c. Sub lingua mucus vikous 5
Regulasi sekresi saliva
Sekresi saliva berada dibawah kontrol saraf. Rangsangan pada (1) Inervasi saraf parasimpatik memegang peran utama stimulus sekresi saliva, dan berpengaruh terhadap komposisinya. Saraf parasimpatis dari nukleus salivatorius superior(bagian dari nervus fasialis dan berlokasi di pontine tegmentum) menyebabkan sekresi liur cair dalam jumlah besar dengan kandungan bahan organik yang rendah. Sekresi ini disertai oleh vasodilatasi mencolok pada kelenjar, yang disebabkan oleh pelepasan VIP (vasoactive intestine polipeptide). Polipeptida ini adalah co-transmitter dengan asetilkolin pada sebagian neuron parasimpatis pascaganglion. Rangsangan (2) Saraf simpatis cenderung mempengaruhi volume sekresinya. Saraf simpatis menyebabkan vasokonstriksi dan sekresi sedikit saliva yang akan bahan organik dari kelenjar submandibulais. Pada kelenjar sub lingual dan kelenjar-kelenjar minor, lebih dipengaruhi oleh respon kolinergik, sedangkan pada kelenjar lainnya cenderung ke inervasi adrenergic (http://id.wikipedia.org/wiki/Enzim_diakses-2009/10/08-14.12).
Selain dari perbedaan tipe reseptor autonom yang aktif, terdapat dua faktor lain yang berpengaruh terhadap komposisis saliva, yaitu intensitas dan durasi stimulasi ke kelenjar. Perbedaan tersebut berpengaruh langsung kepada permeabilitas membran sel-sel sekretori sebagai akibat dari hilangnya elektrolit sel tersebut. (http://id.wikipedia.org/wiki/Enzim_diakses-2009/10/08-14.12).
Uji Iodium
• Tujuannya: Membedakan polisakarida dari disakarida dan monosakarida
• Dasarnya : Molekul pati mempunyai struktur tiga dimensi berupa spiral, dalam struktur ini molekul pati dapat mengikat molekul iodium secar fisik, dengan cara menempatkan iodium tersebut kedalam spiral, sehingga kompleks tersebut berwarna biru. Bila larutan dipanaskan, struktur spiral akan hilang sehingga molekul pati tidak dapat lagi mengikat iodium. Akibatnya, warna biru juga hilang. Monosakarida dan isakarida tidak memberikan warna biru dengan iodium (http://roypg.blogspot.com/2009/02/karbohidrat.html/diakses_2009/10/08-1425).
Uji Benedict
• Tujuannya: Memperlihatkan sifat mereduksi dari beberapa kabohidrat dan vitamin C
• Dasarnya : Gugus aldehid atau keton bebas dalam suatu senyawa, seperti pada karbohidrat, akan mereduksi Cu2+ menjadi Cu+ yang tidak larut dalam suasana basa. Sifat mereduksi ini juga ditemikan pada vitamin C (http://roypg.blogspot.com/2009/02/karbohidrat.html/diakses_2009/10/08-1425).



Titik akromatis adalah titik dimana terjadi titik terakhir berubahnya warna. Titik ini berada pada titik perpotongan uju bnedict dan uji iod.




Kecepatan reaksi mula-mulameningkat dengan menaiknya suhu, hal ini disebabkan oleh peningkatan energy kinetic pada molekul-molekul yang akhirnya energy inetik enzim melampaui rintangan energy untuk memutuskan ikatan hydrogen dan hidrofobik yang lemah, yang mempertahankan struktur sekunder-tersiernya. Pada suhu ini terjadi denaturasi enzim menunjukkan suhuoptomal, sebagian besar suhu optimalnya berada diatas suhu dimana enzim itu berada (http://www.filzahazny.wordpress.com/../enzim-z/diakses_2009/10/07-21.54).
Pada perubahan suhu, kecepatan reaksi yang dikatalisis oleh enzim mula-mula meningkat karena adanya peningkatan sushu. Energy inetik akan meningkat pada kompleks enzim dan substrat yang bereaksi. Namun, peningkatan energy kinetic oleh peningkatan suhu mempunyai batas yang optimum. Jika batas tersebut terlewati, maka energy tersebut dapat memutuskan hydrogen dan hidrofobik yang lemah yang mempertahankan sruktur sekunde-tersiernya. Pada sushu ini, denaturasi yang disertai dengan penurunan aktivitas enzim bergantung pada lamanya pengukuran kadar yang dipakai untuk menentukannya. Semakin lama suatu e nzim dipertahankan pada suhu dimana strukturnya sedikit stabil, maka semakin besar kemungkinan enzim tersebut mengalami denaturasi (http://www.filzahazny.wordpress.com/../enzim-z/diakses_2009/10/07-21.54).
Dari hasil percobaan 50C dan 150C, besarnya enzim cukup signifikan besarnya. Seharusnya, pada sushu ini enzim dalam keadaan inaktif. Namun, ada sedikit kesalahan yang mungkin disebabkan karena kurang cepatnya praktikan mengisolasi enzim sehingga enzim telah bereaksi pada suhu kamar dan akibatnya ada sedikit aktivitas enzim yang terjadi.
Seharusnya pada suhu 350C dan 450C merupakan suhu dimana aktivitas enzim maksimal. Pada suhu ini seharusnya reaksi berlangsung paling cepat. Hal ini terjadi karena temperature ini merupakan temperature normal tubuh manusia (suhu optimal enzim amylase salivarasus adalah 370C). pada percobaan memang didapat hasil yang hampir sama dengan kerja enzim pada suhu tubuh manusia yakni dapat merubah amilum.
Pada percobaan dengan suhu 550C, aktivitas enzim sudah mulai tidak terlihat. Karena pada suhu ini emzim mengalami denatursai yang disertai dengan penurunan aktivitas enzim. Hal ini menyebabkan tidak adanya perubahan yang terjadi pada uji iod. Hal ini terlihat dari tidak adanya perubahan yang signifikan dari media praktikum setelah ditetesi dengan larutan iodium.
Amilum terdiri atas dua macam polisakarida yang kedua-duanya adalah polimer dari glikosa, yaitu amilosa (kira-kira 20-28%) dan sisanya amilopektin. Amilum dapat dihidrolisis sempurna dengan meggunakan asam sehingga menghasilkan glukosa. Hidrolisis juga dapat dilakukan dengan bantuan enzim amylase. Dalam ludah dan dalam cairan yang dikeluarkan oleh pancreas terdapat amylase yang bekerja terhadap amilum yang terdapat dalam makanan kita. Oleh enzim amylase, amilum diubah menjadi maltose dalam bentuk β maltosa (Anna Poedjiadi, 1994).
Pada reaksi hidrolisis parsial, amilum terpecah menjadi molekul-molekul yang lebih kecil yang dikenal dengan nama dekstrin. Jadi dekstrin adalah hasil antara pada proses hidrolisis amilum sebelum terbentuk maltose. Tahap-tahap dalam proses hidrrolisis amilum serta warna yang terjadi pada reaksi dengan iodium adalah sebagai berikut :
Tahap hidrolisis amilum warna dengan iodium biru

Amilum terlarut biru

Amilodekstrin lembayung

Eritrodekstrin merah

Akrodekstrin tidak berwarna

Maltosa (Anna Podjiadi, 1994).
IX. DAFTAR PUSTAKA
• Cartono, M.Pd., 2004, Biologi Umum, Bandung : PRISMA PRESS.
• Pelczar, Michael J., 1988, Dasar-dasar Mikrobiologi, Jakarta : Universitas Indonesia.
• Poedjiadi, Anna dan Supriyatin, Titin, 1994, Dasar-dasar Biokimia, Jakarta : Universitas Indonesia.
• http://www.idonbiu.com/isoziumdancarakerjaenzim/diakses_2009/09/30.
• http://www.id.wikipedia.org/wiki/enzimpencernaan.html.diakses_2009/09/30.
• http://www.filzahazny.wordpress.com/../enzim-z/diakses_2009/10/07-21.54.
• http://roypg.blogspot.com/2009/02/karbohidrat.html/diakses_2009/10/08-14.25
• http://id.wikipedia.org/wiki/Enzim_diakses-2009/10/08-14.12.
• Hildayani,2009,aktivitas.enzim.amylase/http://www.21ildashiro.blogspot.com/diakses_2009/10/07-21.02.
• http://www.e-dukasi.net/mapok/mp_full.php?id=372&fname=materi3.html_diakses2009/10/08-12.48.
• http://www.21ildashiro.blogspot.com/diakses_2009/10/07-21.02.

laporan praktikum mikrobiologi

TEORI KEPRIBADIAN
DAN
ASUMSI DASAR

MAKALAH
Disusun untuk memeperbaiki salah satu tugas terstruktur pada mata kuliah
PENGETAHUAN KEPRIBADIAN GURU
Oleh : Drs. Ara Hidayat, M. Pd.



Disusun oleh :
Winda Nurdiani
(207 202 180)


PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2008
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah adalah kalimat terindah untuk mengungkap syukur terhadap Tuhan alam Yang Maha Agung. Dia yang memberi kekuatan kepada insan untuk menata hidupnya menjadi kahlifah bumi dan kembali pada-Nya dengan keagungan. Keselamatan yang abadi selalu tercurah untuk Rasul atas keteladanannya sebagai khalifah umat memberi cerminan indah tentang kehidupan dan kebahagiaan. Mengatasnamakan kekasihnya yang Agung dalam setiap langkah menuju syurg-Nya yang abadi.
Terimakasih kepada ayah bunda, dosen mata kuliah Pengetahuan Kepribadian Guru, rekan-rekan serta semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini.
Makalah ini disusun dan diajukan dengan tujuan untuk memeperbaiki tugas teori-teori kepribadian yang telah ditugaskan sebelumnya. Juga sebagai salah satu proses pembelajaran secara pribadi.
Karya yang dihasilkan dalam setiap detik kehidupan memberi arti penting dan sebagai awal investasi untuk karya terbesar sebagai persembahan untuk dunia.

Bandung, 04 November 2008
Penyusun

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
a. Latar Belakang Masalah
b. Arti dan Definisi Kepribadian
c. Rumusan Masalah
BAB II PEMBAHASAN
a. Teori Kepribadian dan Fungsinya
b. Evaluasi Teori Kepribadian
c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Teori Kepribadian
d. Beberapa Teori Kepribadian dan Asumsi Dasar
BAB III KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN
a. Latar Belakang Masalah
Secara umum, psikologi kepribadian mengambil dan menyatukan apa-apa yang dipelajari oleh psikologi umum dan psikologi perkembangan sebagai bahan penelaahan lebih lanjut. Dalam psikologi kepribadian dipelajari bagaimana kaitan antara ingatan atau pengamatan dengan perkembangan, antara pengamatan dengan penyesuaian diri pada individu, dan seterusnya. Psikologi kepribadian mendorong individu-individu agar bisa hidup secara penuh dan memuaskan.
b. Arti dan Definisi Kepribadian
Istilah kepribadian (personality) memiliki banyak arti.
1. Kepribadian Menurut Pengertian Sehari-hari
Kalimat personality dalam bahasa inggris berasala dari bahasa latin : persona yang berarti topeng. Kemudian kata persona (personality) berubah menjadi suatu istilah yang mengacu kepada gambaran social tertentu yang diterima oleh individu dari kelompok atau masyarakatnya dimana kemudian individu tersebut diharapkan bertingkahlaku berdasarkan atau sesuai dengan gambaran social (peran) yang diterimanya itu.
2. Kepribadian Menurut Psikology
Pengertiankepribadian menurut disiplin ilmu psikologi bisa diambil dari rumusan beberapa teoris kepribadian yang terkemuka seperti yang akan dikemukakan pselanjutnya pada bab pembahasan. Namun dibalik banyaknya perbedaan rumusan, sebagian besar definisi atau bahasan yang disusun oleh para teoris kepribadian memiliki beberapa persamaan yang mendasar, yakni:
a. Kepribadian sebagai suatu struktur atau organisasi hipotesis dan tingkah laku dilihat sebagai sesuatu yang diorganisasi dan diintegrasikan oleh kepribadian dipandang sebagai organisasi yang menjadi penentu atau pengarah tingkah laku.
b. Memandang kepribadian sebagai sesuatuyang unik atau khas pada diri setiap orang.
c. Corak dan keunikan kepribadian individu itu ditentukan atau dipengaruhi oleh faktor-faktor bawaan dan lingkungan.
c. Rumusan Masalah
a. Apa arti dan fungsi teori kepribadian?
b. Bagaimana evaluasi kepribadian?
c. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi teori kepribadian?
d. Siapa saja teoris yang mengemukakan pendapatnya tentang kepribadian dan bagaimana asumsi kita terhadap teori tersebut?

BAB II
PEMBAHASAN
a. Teori Kepribadian dan Fungsinya
Teori nkepribadian sama halnya dengan teori-teori lain yang terdapat dalam psikologi yang merupakan salah satu bagian penting dan tidak bisa diabaikan kegunaannya. Dapat dikatakan bahwa, tanpa adanya teori kepribadian, upaya ilmiah untuk memahami tingkah laku manusia sulit dilaksanakan.
Hall dan Lindzey (1970) serta Pervin (1975) sependapat bahwa teori kepribadian seharusnya disusun sedemikian rupa yang memungkunkan para pemakainya bisa menggunakan teori kepribadian tersebut untuk keperluan empiris atau tujuan praktis. Dipihak lain, para ahli psikologi kepribadian cenderung mengembangkan system yang berbeda dari apa yang disebut teori kepribadian.
Setiap teori mempunyai fungsi yang sama, fungsi pertama yang harus dimiliki oleh setiap teori kepribadian adalah fungsi deskriptif (menguraikan atau menerangkan). Fungsi deskriptif ini menjadikan suatu teori kepribadian bisa mengorganisasi dan menerangkan tingkah laku atau kejadian0kejadian yang dialami individu secara sistematis, konsisten dan menafsirkannya (fungsi prediktif).
b. Evaluasi Teori Kepribadian
Teori kepribadian dapat dievaluasi berdasarkan criteria-kriteria tertentu. Berikut ini enam criteria yang dimaksud.
1. Verifiabilitas
Suatu teori kepribadian bisa disebut memenuhi criteria verifiabilitas apabila konsep-konsep atau hipotesis-hipotesisnya bisa diuji secara empiris.
2. Nilai Heuristik
Kriteria ini mengevaluasi sampai sejauh mana suatu teori kepribadian dapat secar langsung mengundang penelitia. Tetapi tentu saja para pengikut suatu teori kepribadian bisa manambah nilai heuristic dari teori yang dianutnya dengan jalan menerjemahkan kosep-konsep inti teori kepribadian tersebut kedalam bentuk yang bisa mendorong lahirnya kegiatan penelitian yang relevan.
3. Konsistensi Internal
Kriteria konsistensi internal ini menekankan bahwa suatu teori kepribadian janganlah mengandung pertentangan didalamnya.
4. Kehematan
Kriteria kehematan menekankan bahwa teori kepribadian harus disusun berdasarkan konsep yang paling sederhana.
5. Keluasan
Kriteria keluasan (comphrehensiveness) ini menujuk kepada bentangan dan keanekaragaman fenomena yang bisa dilirut oleh suatu teori kepribadian. Semakin luas suatu teori kepribadian, maka akan semakin banyak pula fenomena atau dasar-dasar tingkah laku yang diungkapkannya.
6. Signifikan Fungsi
Pengetahuan tentang pemahaman personal dan social yang diberikan oleh para teoris kepribadian melalui teori yang diciptakannya itu diharapkan bisa memperkaya pemahaman dan apresiasi hubungan antar manusia.
e. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Teori Kepribadian
1. Faktor-faktor Historis Masa Lampau
Sebagai bagian yang diintegral dari disiplin ilmu psikologi, teori kepribadian telah dikenai pengaruh oleh semua faktor yang mempengaruhi psikologi. Dari sekian banyak faktor histories yang berkaitan dan menghasilkan psikologi, empat diantaranya tampil sebagai faktor utama yang berpengaruh langsung atas pembentukan teori kepribadian.
a. Pengobatan klinis eropa
b. Psikometrik
c. Behaviorisme
d. Psikologi Gestalt
2. Faktor-faktor Kontemporer
Faktor-faktor kontemporer yang mempengaruhi teori kepribadian itu berasal dari dalam maupun dari luar psikologi. Dari dalam psikologi, dapat dilihat dari adanya area-area baru seperti osikologi lintas budaya (cross-cultural pshycology), study tentang proses kognitif, dan motivasi. Dari luar psikologi, faktor kontemporer yang berpengaruh ata teori kepribadian tidan kurang pentingnya dan bahkan lebih kaya lagi. Sebagai contoh ialah pengaruh filsafat eksistersialisme.
c. Teori-teori Kepribadian dan Asumsi Dasar
1. Frits Perls
“Orang yang sehat adalah orang yng dapat mengatur dirinya sendiri, tanpa adanya campur tangan dari pihak luar seperti kebutuhan atau tuntutan orang lain maupun peraturan undang-undang”.
Disini Perls menekankan pada pola sadar diri dalam membentuk perkembangan dan pertumbuhan pribadi yang sehat. Untuk mencapai kesadaran diri tersebut seseorang harus mengenal dan menerima impuls-impuls serta hasrat-hasrat dari dalam dirinya sendiri serta mengaktualisasikan dalam kegiatannya sehari-hari.
Dalam proses pengenalan diri atau mengetahui jati diri kita harus selalu berada dalam suatu lingkaran bersama Tuhan. Karena siapa saja yang mengenal Tuhannya, ia akan mengetahui dirinya.


2. Carl Ransom Rogers
“Individu memiliki kemampuan dalam diri sendiri untuk mengerti diri, menentukan hidup, dan menangani masalah-masalah psikisnya asalkan konselor menciptakan kondisi yang dapat mempermudah perkembangan individu untuk aktualisasi diri”.
Berbeda dengan Perls, Rogers lebih menekankan pada lingkungan sosial, dimana kepribadian adalah suatu proses belajar sosial seseorang. Seseorang akan dapat memenuhi tugas perkembangan yang baik dalam proses aktualisasi diri harus dengan bantuan konselor atau pembimbing. Siapa konselor?...konselor disini bisa berarti orang tua, sahabat atau orang yang memang ahli. Dengan demikian jelaslah bahwa Rogers mengembangkan hidup bersosialisasi.



“Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara, karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu (yang berselisih) dan bertakwalah kepada Allah agar kamu mendapat rahmat”.
3. Gordon W. Allport
“Personality is the dynamic organization within the individual of those psychophysical system that determine his unique adjustments to his environment”.
Organisasi dinamis sistem psikofisik dalam diri individu yang menentukan penyesuaiannya yang unik terhadap lingkungan ( 1937 ).
Organisasi dinamis sistem psikofisik dalam diri individu yang menentukan karakteristik perilaku dan pikirannya ( 1961 ).
Istilah ‘organisasi dinamis’ menunjukkan suatu integrasi atau saling keterkaitan dari berbagi aspek kepribadian. Kepribadian merupakan suatu organisasi yang terpola.
Kepribadian → Tidak statis
→ Teratur
→ Tumbuh
→ Mengalami perubahan
Istilah ‘psikofisik’ menekankan pentingnya aspek psikologis dan fisik dari kepribadian. Kepribadian merupakan “sesuatu dan melakukan sesuatu”. Kepribadian bukanlah topeng seperti yang tersurat dalam makan personality yang berasal dari bahasa latin persona yang berarti mask = topeng, tabir yang menutupi apa yang sebenarnya ada dalam jiwa sesorang. Bukan pula sesuatu yang telah dimodifikasi oleh individu (sadar atau tidak sadar) agar sesuai dengan lingkungan. Karena pada dasarnya setiap pribadi manusia itu adalah baik.


“setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah”
Fitrah → Suci → Baik
Dengan kata ‘karakteristik’, Allport berusaha menunnjukkan sesuatu yang unik dalam diri individu atau individual. Kepribadian seseorang bersifat unik, tidak dapat diduplikasi atau ditiru oleh siapapun.
Kalimat ‘perilaku dan pikiran’ secara sederhana menunjukkan integrasi atau keterkaitan antara perilaku internal (pikiran-pikiran) dengan perilaku eksternal (tindakan-tindakan).
“Mensana in Corporesano”
Dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat yang akan menghasilkan pikiran serta tindakan yang sehat pula.
Berdasarkan penjelasan Allport tersebut kita dapat melihat bahwa kepribadian sebagai suatu organisasi (berbagai aspek fisik dan psikis) merupakan suatu struktur dan sekaligus proses. Kepribadian merupakan sesuatu yang secara eksplisit adalah teratur, tumbuh dan mengalami perubahan.
4. Maslow
“Bahwa kepribadian dapat bertumbuh, dengan jelas digambarkan dalam teori-teori kepribadian yang berorientasi pada pertumbuhan. Salah satunya menggambarkan pertumbuhan kepribadian secara bertahap, yakni teori hierarki kebutuhan Maslow”.
Menurut Maslow, pada dasarnya kita terdorong untuk mengaktualisasi diri. Kepribadian orang yang telah mengaktualisasi diri berkembang sangat khas, lengkap dengan spiritualitas yang juga berkembang. Pada dasarnya setiap individu mempunyai tugas-tugas perkembangan dalam setiapmasanya tertentu. Bagi individu yang mampu menyelesaikan tugas individunya secara berkala sesuai dengan masanya, secara otomatis dia telah dan sedang mengembangkan kepribadiannya.
5. Feist & Feist
Kepribadian adalah konsistensi perilaku sepanjang waktu, dn konsistensi perilaku dalam berbagai situasi. Dalam bukunya Theores of personality, Feist menjelaskan bahwa secara spesifik kepribadian tediri dari sifat-sifat dan disposisi-disposisi yang mengakibatkan perbedaan individu dalam perilaku.
Feist berusaha meyakinkan teori konsistensi kepribadian yang melihat kepribadian sebagai pola dan kurang memperhatikannya sebagai sesuatu yang dinamis yang dapat tumbuh dan berubah. Feist menegaskan sifat-sifat dalam diri manusia yang membentuk kepribadian membuatnya statis tidak berubah dan tidak mengalami perkembangan.
Bila kepribadian diyakini sebagai sesuatu yang stabil (tidak berubah), kitan akan merasa pesimis intuk melakukan perubahan dan perkembangan dalam hal kepribadian. Berharap pun mungkin kita tidak mau, lebih buruk lagi apabila kita menutup diri untuk mengalami dan melakukan perubahan serta perkembangan kepribadian.


“Sesungguhnya Allah tidak akan merubah suatu kaum kecuali ia dapat merubah dirinya sendiri”.
6. Byrne dan Kelly
Mendefinisikan kepribadian sebagai “Sum total of the relatively enduring dimensions of individual differences”[gabungan semua dimensi-dimensi yang relatif bertahan lama pada diri seorang individu, yang membedakannya dengan individu-individu lain].
Definisi diatas menyiratkan bahwa kepribadian itu meruoakn gambaran menyeluruh tentang keadaan individu berdasarkan dimensi-dimensinya. Dan bahwa individu itu unik, sehingga tidak ada dua orang individu yang memiliki kepribadian yang persisi sama. Yang dimaksud dengan dimensi disini adalah hal apa saja yang menjadi titik penekanan terhadap teori kepribadian tersebut.
Lebih jelasnya tentang dimensi-dimensi yang menjadi titik penekanan terhadap teori kepribadian yang dikemukakan oleh Byrne dan Kelly diatas adalah sebagai berikut:
a. CONSCIOUS │ UNCONSCIOUS
 Kepribadian dokontrol oleh proses yang tidak disadari
(Freud, Jung, Hurney)
 Faktor kesadaran sebagai pembentuk kepribadian
(aliran Humanisme: Allport, Rogers, Maslow)
b. HEREDITY │ ENVIRONMENT
 Faktor keturunan sebagai penentu kepribadian seseorang
(hampir semua teori kepribadian)
 Kepribadian dapat dipahami tanpa harus mempertimbangkan factor genetic dan biologis. Kepribadian adalah suatu proses belajar social seseorang dengan lingkungannya.
(kalangan behaviorist: Rogers, Bandura)
c. ACQUISITOIN │ PROCESS OF LEARNING
 Acquisition of behavior / sikap
(Cattel, Muray)
 Proses belajar yang membentuk suatu keoribadian, yaitu cara bagaiman suatu tingkah laku dimodifikasi.
(teori behaviorisme)
d. RAST │ PRESENT
 Kepribadian adalah hasil dari bentukan masa lalu, yaitu masa lima tahun pertama kehidupan. Setelah masa itu, kepribadian hanyalah ulangan atau fiksasi dari apa yang didapat dulu. (Sigmund Freud)
 Yang terpenting dalam kepribadian bukanlah masa lalu tetapi masa kini.
(Lewin, Allport)
e. PERSON │ SITUATION
 Kepribadian adalah bentukan dari inner process yang terjadi dalam diri individu / biologis internal dalam diri individu.
(Sheldon, Binswanger)
 Kepribadian adalah bentukan dari faktor lingkungan social dimana individu itu berada / faktor sosiokultural.
(Fromm, Skinner)
f. HOLYSTIC │ ANALYTIC
 Suatu tingkah laku hanya dapat dimengerti berdasarkan konteksnya, dan juga segala sesuatu yang dilakukan oleh individu berhubungan dengan fungsi-fungsi fisiologis dan biologisnya.
(hampir semmua teori kepribadian)
 Suatu tingkah laku bias saja dipelajari dan didapat secara terpisah dari tingkah laku yang lainnya.
(Lewis, Binswanger)
g. NORMAL │ ABNORMAL
 Dengan mempelajari abnormalis, pemahaman tentang orang normal dapat diperoleh.
 Perbedaan normal / abnormal dapat dilihat secara kualitatif yaitu melihat seberapa jauh hal-hal patologis dalam kepribadian itu berbeda dari yang normal.
(Allport, Cattel)


BAB III
KESIMPULAN
Begitu banyaknya teori-teori diseputar personality bias saja membuat orang memahami kepribadian hanya sepotong-sepotong. Misalnya saja teori introvert yang dilawankan dengan ekstrovert yang dikemukakan oleh ahli psikoanalisis Gustav Jung. Atau juga melihat kepribadian dengan hanya mengguanakan cairan tubuh saja sebagai pananda temperamen seseorang: phlegmatic, sanguinic, melancholic, choleric. Penggolongan tersebut adalah salah satu usaha dalam melakukan klasifikasi agar memudahkan kita menggolongkan seseorang.
Dari sekian banyak definisi tentang personality, ada dua definisi yang menurut saya mendekati atau dapat menggambarkan secara keseluruhan apa yang dimaksud dengan personality itu.
Pertama, adalah definisi yang dikemukakan oleh Gordon W. Allport, yakni “Kepribadian adalah organisasi yang dinamis system psikofisok dalam diri individu yang menetukan enyesuaiannya yang unik terhadap lingkungan” (1973), kemudian pada (1961) Allport mengubah frase terakhirnya dengan ‘yang menentukankarakteristik perilaku dan pikirannya’ sehingga menjadi “Organisasi dinamis system psikofisik dalam diri individu yang menentukan karakteristik perilaku dan pikirannya”.
Allport menggabungkan antara fisik dan psikis dalam proses perkembangan individu dalam membentuk suatu karakteristik yang unik. Keterkaitan antara fisik dan psikis tersebut merupakan suatu organisasi dan sekaligus proses yang dapat berubah secara tertur dan dinamis.
Kedua, adalah definisi menurut Byrne dan Kelly yang mendefinisikan kepribadian sebagai “Sum total of all of the relatively enduring dimensions of individual differences” [gabngan semua dimensi-dimensi yang relatif bertahan lama pada diri seorang individu, yang membedakannya dengan individu lain].

DAFTAR PUSTAKA
Kitab Suci Al-Qur’an
Hadits Rasul
http://www.wikipedia/teorikepribadian.com
http://www.wikipedia/kepribadianguru.com
Koswara, E. 1986. Teori-teori Kepribadian. Bandung : PT. Erresco.